Pemuda Idaman

Selasa, 29 November 2011

Menjadi pemuda idaman langit dan bumi merupakan cita-cita yang sama bagi semua orang. Beragam cara pun ditempuh untuk mendapatkan karakter tersebut, dari mulai study oriented, organization oriented, wealth oriented, selalu tampil up to date mengikuti perkembangan zaman, tampil gaul dan trendy, sok keren dengan anting-anting dan tatoo yang dipakai, dan berbagai idealisme lainnya yang menjadi pilihan pemuda dan pemudi lainnya di masa muda yang tidak akan pernah berulang lagi.
Masa muda menjadi masa yang paling rentan dalam perjalanan hidup seorang manusia, karena pada masa ini terjadi proses pencarian jati diri dan pembentukan karakter yang akan terus terpatri dalam dirinya hingga akhir hayatnya. Selain itu pada masa ini pula, tingkat keingin tahuan dan kepenasaran seseorang terhadap suatu hal sangat lah tinggi, terutama terhadap hal-hal yang semenjak kecil dia kenal sebagai hal-hal yang tidak baik, sehingga pada masa ini seorang pemuda tidaklah cukup mendengar apa kata orang saja, tapi dia akan mencari kebenaran apa yang orang katakan dengan dirinya sendiri untuk menghasilkan pengalaman personal. Tidak sedikit yang mencoba banyak hal baru dalam hidupnya dengan metode try and error untuk mendapatkan pengalaman personalnya secara langsung, bahkan tidak sedikit pula yang terus terjebak dalam hitamnya masa muda akibat metode try and error, egoisme yang tinggi, dan tidak mau menerima kebenaran dari orang lain, dan inilah yang patut diwaspadai oleh semua orang dalam menjalani masa mudanya.

Hedonisme dan krisis idealisme
Dua hal tersebut adalah hal yang paling umum terjadi pada setiap pemuda. Hedonisme adalah sebuah faham dengan gaya hidup bebas tanpa aturan, sedangkan krisis idealisme adalah sebuah kondisi dimana seseorang tidak mempunyai idealisme dalam menjalani hidupnya, sehingga kehidupannya menjadi terombang-ambing tanpa tujuan dan selalu terbawa oleh zaman.
Bagi orang-orang hedonis, hidup mereka ada untuk mereka nikmati sebagai masa penuh kenikmatan dengan senantiasa menuruti hawa nafsunya sendiri. Aturan dan pembimbing mereka satu-satunya adalah hawa nafsu, sehingga terdapat kecenderungan untuk menjadi insan yang lemah bagi orang yang menganut faham hedonis ini, karena hidupnya sepenuhnya diperturutkan untuk menjadi abdul hawa’  (hambanya hawa nafsu), bukan menjadi seorang pemuda yang punya idealisme tinggi untuk kemajuan nusa, bangsa, dan agama.

Dan bagi orang-orang yang mengalami krisis idealisme, hidup mereka selalu di dominasi oleh kebimbangan dalam menjalani hidup mereka karena tidak mempunyai satu idealisme yang mempunyai dasar yang kuat. Idealisme mereka hanya didominasi oleh tokoh-tokoh idola mereka yang ada pada saat itu, sehingga tidak jarang pemuda yang lebih mengenal artis-artis favorit daripada para pahlawan sejarah Indonesia, apalagi para pahlawan sejarah Islam di dunia. Dan krisis idealisme ini juga merupakan sebuah penyakit yang cukup akut, karena orang-orang seperti ini bisa menjadi targetan oleh pengusung ideologi dan idealisme kiri untuk terus melanggengkan eksistensinya.

Islam hadir sebagai sebuah solusi
Di saat pembinaan, pelatihan, dan seminar-seminar tentang kepemudaan gencar-gencarnya digalakkan oleh berbagai pihak dengan biaya yang tidak sedikit dan kemampuan untuk meresap ke dalam pribadi setiap pemuda dipertanyakan, Islam telah hadir dengan sebuah solusi cerdas yang sangat murah dan efisien dengan metode pembinaannya sendiri yang berupa tarbiyyah, dan diinisiasi ke dalam bahasa Indonesia dengan kata: mentoring.
Pada mentoring ini setiap muslim dibina dan dieprsiapkan oleh mentor masing-masing untuk menjadi insan yang berkarakter Islam untuk kemajuan Islam dan Indonesia di kemudian hari. Mentoring juga menggunakan aspek tarbiyyah, sehingga yang terjadi pada mentoring bukanlah sekedar transfer ilmu dari pemateri kepada pendengar seperti pada seminar ataupun pelatihan lain. Tapi pada mentoring terjadi aspek pembinaan dan pendampingan sebagai follow up dalam aplikasi ilmu yang telah sama-sama didapat melalui proses yang ada, saling sharing ilmu, dan hal lain yang jauh bernilai guna dan bermanfaat untuk menciptakan kader-kader tangguh yang siap mengemban amanah di masa depan yang jauh lebih berat dari masa sekarang.
Sehingga peranan mentoring dalam pembinaan pemuda dan pemudi menjadi sebuah agenda yang sangat vital dan harus mendapat perhatian lebih baik secara sistem, struktur, materi, cara penyampaian, dan faktor lainnya agar proses tarbiyyah ini dapat berjalan dengan fleksibel dan siap menghadapi tantangan zaman, karena berededa zaman, berbeda pula metode yang tepat yang harus digunakan untuk optimalisasi hasil mentoring tersebut.
Mentoring juga bukanlah sebuah metode try and error yang digunakan untuk membentuk karakter pumuda idaman langit dan bumi, karena mentoring mempunyai sandaran yang jelas dan kuat yang digunakan dalam keberlangsungannya, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah. Sehingga dapat dikatakan bahwa mentoring itu adalah proses pembinaan dan pencarian ilmu yang berorienatasi pada aplikasi secara langsung dengan pembinaan dan pendampingan secara langsung juga.

Menjadi Pemuda Idaman
Sebuah hikam mengatakan: “innal fataa man yaquulu haa ana dza, wa laysal fataa man yaquulu kaana abiy”, atau yang mempunyai arti: “sesungguhnya seorang pemuda itu adalah yang mengatakan “INILAH AKU!”, dan bukanlah seorang pemuda yang hanya bisa mengatakan beginilah bapakku”. Sehingga hendaknya seorang pemuda idaman itu mempunyai ‘izzah yang kuat dan jelas sebagai hasil dari pembentukan dirinya selama masa transisi dalam pencarian jati diri dan pembentukan karakter.
Seorang pemuda ideal juga mempunyai integritas dan mampu menjaga keseimbangan antara aspek spiritual, moral, intelektual, finansial, dan fisiknya sendiri. Sehingga kehadirannya selalu dinantikan oleh ummat, dirindukan oleh masyarakat, dan hidupnya dipenuhi dengan hal-hal yang penuh manfaat. Masa mudanya terhindar dari godaan hedonisme, bahkan hari-hari mudanya selalu diliputi dengan kegiatan keilmuan dan hatinya selalu tertambat di masjid untuk senantiasa mengingat Allah dan beribadah kepada-Nya.

Seorang pemuda idaman juga selalu mempunyai paradigma berfikir yang jelas dan mempunyai dasar yang jelas dan kuat, sehingga dia terbebas dari pragmatisme pemikiran. Apa yang selalu dia pikirkan bukanlah, “apa yang telah dia dapat?”, tapi “apa kontribusiku bagi orang lain dan apa yang telah aku lakukan untuk mempersiapkan akhiratku?”. Tidak pernah mengharapkan balas jasa dari sesama manusia, dan mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk kemaslahatan sosial masyarakat membangun sumber daya manusia yang masih carut-marut.
Tapi, seorang pemuda idaman tidaklah terlahir dalam satu malam saja. Dia terlahir dari proses penempaan diri yang panjang yang telah dia jalani semasa masa transisinya dengan berhiaskan proses pencarian ilmu, pengalaman, peningkatan keimanan, beramal sholeh, berdakwah, dan berkreativitas

Refleksi
Sudahkah kita berbenah diri untuk menjadi seorang pemuda idaman langit dan bumi yang selalu ditunggu ummat dan ladang amal sholehnya serta senantiasa dirindukan surga dan bidadarinya?

Copyright @ 2013 elfaakir 23. Designed by Templateism | MyBloggerLab