Menulis Itu Gampang

Senin, 03 Oktober 2011
Menulis itu Gampang
Salah satu faktor utama yang menjadi kendala dari kegiatan menulis adalah kita tidak mengetahui tentang apa yang akan kita tulis pada tulisan itu, sehingga pandangan kita hanya tertuju pada tema apa yang akan kita tulis tersebut. Setelah kita mempunyai ide pun biasanya yang menjadi kendala lain dari menulis adalah kesulitan untuk memulai kata pertama dan menyusun rangkaian kata tersebut menjadi sesuatu yang bermakna dan mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi pembaca untuk dapat mengapresiasi dan memberikan feedback terhadap apa yang kita tulis. Jika kita sudah mulai menulis pun kadang kita terkendala dengan sistematika kepenulisan yang tidak terlepas dari kaidah-kaidah yang cukup njelimet juga, sehingga hal tersebut sering juga menjadi salah satu faktor yang menghambat kemajuan kita dalam dunia jurnalistik, terlebih lagi bagi orang yang baru menekuni dunia jurnalistik.
Padahal secara sederhana jurnalistik itu sendiri merupakan sebuah kegiatan pendokumentasian kegiatan harian dalam bentuk tulisan, tidak terikat pada sebuah sistematika yang bersifat rigid dan kaku. Namun pada perkembangannya jurnalistik itu sendiri menjadi mempunyai suatu sistematika yang disepakati bersama dengan tujuan peningkatan kualitas dari setiap tulisan yang dibuat agar lebih berbobot dan dapat dipertanggung jawabkan secara nyata, sehingga hal tersebut memaksa insan jurnalis untuk dapat menggali informasi berdasarkan fakta dan data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.
Ibarat pembuatan suatu produk yang selalu melibatkan antara input, proses, dan output, jurnalistik pun mempunyai ketiga aspek tersebut, yaitu:
1.      Input
Pada kegiatan menulis, hendaklah kita mempunyai inputan yang jelas terhadap apa yang akan kita tulis berupa fakta, data, dan ide. Dan ketiga hal tersebut tidak akan dengan mudah kita dapatkan kecuali dengan sikap kritis kita terhadap suatu permasalahan yang tersedia di sekitar kita. Setelah muncul sikap kritis, maka implikasinya adalah pencarian informasi oleh kita mengenai permasalahan tersebut, misalnya dengan membaca sumber-sumber referensi yang jelas, bertanya kepada pihak yang menjadi pakar dari permasalahan tersebut, ataupun jika memungkinkan dengan eksperimen kita sendiri untuk dapat menemukan suatu pengetahuan baru sebagai follow up dari hipotesa yang telah kita buat.
Membaca merupakan hal penting yang ada dalam agama Islam, seperti yang tertera pada wahyu pertama yang Nabi Muhammad SAW terima, berupa kata iqra’ bismi rabbikal ladzii khalaq (bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan), bahkan Islam merupakan satu-satunya agama yang memperintahkan untuk membaca secara khusus. Membaca dalam artian sempit yaitu menghayati dan memaknai setiap kata yang kita hadapi dalam bentuk tulisan untuk dapat menginisiasi maknanya menjadi suatu hal yang bermanfaat, tapi dalam artian luas, membaca merupakan proses pendalaman dan penghayatan terhadap setiap yang kita temui baik itu berupa tulisan ataupun berupa fenomena alam yang pada akhirnya diinisiasi menjadi sebuah pengetahuan oleh kita selaku pembacanya.
2.      Proses
Yang terkait dari proses adalah berfikir. Setelah kita membaca segala hal dari berbagai sumber yang relevan dengan kasus yang kita hadapi, maka proses yang seharusnya ada adalah proses berfikir, karena tidak semua apa yang kita dapat dari hasil membaca kita adalah fakta yang relevan dan akurat, karena pada beberapa kasus, terkadang terjadi distorsi informasi dari kasus yang sedang kita hadapi dikarenakan kepentingan berbagai pihak, ataupun karena kesalahan informasi sang penulis buku sumber yang menjadi bahan bacaan kita, sehingga klimaks nya pada setiap kasus akan terjadi pengkutuban antara sumber yang bersifat pro/ setuju dan sering disebut sebagai tesis, dan sumber yang bersifat kontra/ mengkritisi gagasan yang ada dari tesis nya sendiri. Kedua kutub tersebut bukanlah bertujuan untuk mencampur baurkan antara yang fakta dan dusta, tapi hal tersebut bertujuan sebagai sarana pencerdasan kepada para pembaca selaku konsumen dari suatu bacaan, sehingga dalam membaca juga kita harus bersikap kritis dan mendaya gunakan akal pikiran kita untuk menilai validitas setiap informasi yang kita peroleh secara objektif (tabayyun), tanpa campur tangan hawa nafsu apapun, seperti yang tersurat dalam QS Alhujurat:  “wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamuseorang fasik dengan suatu berita/informasi, maka telitilah kebenarannya (bertabayyunlah) agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan/kecerobohan tersebut yang pada akhirnya kamu akan menyesali perbuatanmu itu”.
Berfikir juga diperlukan sebagai sikap kritis kita untuk menguji dan menghasilkan tulisan yang bermutu dari dua sumber yang telah kita konfrontirkan kebenarannya dan kita simpulkan hasil akhirnya dalam tulisan yang akan kita tulis.
3.      Output 
Output dari suatu proses jurnalistik tentulah berupa suatu tulisan yang merupakan hasil dokumentatif kita terhadap suatu pencarian ilmu yang telah kita jalani dari proses membaca dan berfikir serta mengkritisi terhadap apa yang telah kita baca, dengan tujuan melalui tulisan tersebut, kita dapat memperluas khazanah keilmuan yang telah ada dengan gagasan-gagasan baru kita yang menengahi kedua kutub sumber tersebut atau malah menguatkan salah satunya sebagai suatu pengambilan sikap yang jelas dari hasil tulisan kita.
Menulis pun bukanlah suatu tindakan yang menyulitkan, kita hanya tinggal mengambil pena dan menuliskan gagasan-gagasan kita pada worksheet yang telah tersedia. Karena dengan menulis itupun sebenarnya merupakan suatu proses pengikatan terhadap ilmu yang telah kita dapat, seperti pepatah Arab: “ilmuku itu ibarat binatang buruan, dan tulisan itu ibarat tali ikatnya, maka ikatlah binatang buruanmu dengan tali ikat yang kuat”.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses jurnalistik itu merupakan kesatuan aspek yang meliputi input-proses-output yang berupa read-think-write. Untuk dapat membuat sebuah tulisan yang berkualitas, maka kita harus banyak membaca buku-buku yang berkualitas dan mengkritisinya secara mendalam untuk mendapatkan gagasan atau ilmu baru.
Jika kita ingin membudayakan menulis sebagai suatu trend baru pemuda Islam dalam kehidupan sehari-harinya, atau lebih jauhnya dijadikan suatu media untuk berdakwah bil kitab, maka hal yang pertama harus dibudayakan adalah budaya membaca semenjak dini. Budayakan membaca, berfikir kritis, dan menulis sebagai suatu rantai proses yang tidak akan pernah bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.


Lulu Fajar Ramadhan - 1210100703
Keputih, 1 oktober 2011
01.42
Copyright @ 2013 elfaakir 23. Designed by Templateism | MyBloggerLab

About Metro

Follow us on Facebook