IRONI MASJID

Jumat, 07 Oktober 2011

Masjid, sebuah bangunan suci milik ummat Islam yang juga merupakan tempat peribadatan umma Islam di seluruh dunia yang sangat tidak asing bagi ummat manusia di dunia ini. Secara harfiah, masjid adalah sebuah kata yang berakar dari bahasa Arab yaitu sajada-yasjudu-sujuudan yang mempunyai arti bersujud, sehingga masjid dikatakan sebagai tempat bersujud, sedangkan secara istilah, masjid adalah sebuah tempat bagi ummat Islam yang digunakan untuk beribadah kepada Allah, seperti shalat.


Ya, seperti yang kita kenal sekarang ini. Masjid mempunyai fungsi utama atau mungkin satu-satunya fungsi sebagai tempat beribadah bagi ummat Islam, masjid menjadi pusat kegiatan-kegiatan ke-Islam-an, seperti shalat, pengumpulan zakat, atau pelaksanaan hari raya Islam, sehingga peran dan fungsi masjid dapat dikatakan sebagai tempat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Perhatian masyarakat Islam pun terhadap pembangunan masjid sangatlah besar, bahkan tak segan-segan untuk membuat sebuah masjid, mereka mau untuk ikut bershadaqah jariyyah demi kebaikannya di akhirat kelak, sehingga masjid yang dibangun pun mampu menjadi sebuah bangunan yang sangat megah, mewah, dan penuh daya tarik, bahkan dengan arsitektur yang sangat modern pula yang mampu membuat semua orang terpana dengan kemegahannya. Bahkan saking megahnya, pengamanan yang dilakukan diberlakukan di masjid pun sangatlah over protektif, sehingga masjid tersebut hanyalah menjadi sebuah tempat wisata rohani saja dimana hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mengunjunginya.
Membangun masjid sangatlah bagus dan dianjurkan oleh Nabi, bahkan Nabi menyatakan dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Bukhary dan Muslim Dari Utsman bin Affan semoga Allah meridhoi padanya dia berkata, telah bersabda Rasulullah SAW: “barang siapa yang membangun sebuah masjid karena mengharap keridhaan dari Allah, maka Allah akan membangunkan untuknya sebuah istana di surga”. Tapi parameter ridho adalah abstrak dan tidak dapat dijabarkan secara konkrit, sehingga semua orang berlomba-lomba membangun masjid dengan keindahannya masing-masing, bukan hanya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah, tapi sebagai sarana prestisius kebanggaannya masing-masing dengan sejuta keindahannya dan pengamanannya yang super protektif, sehingga masjid tersebut hanyalah fisik saja yang kosong dari ruh Islam di dalamnya, bahkan cenderung meningkatkan kesenjangan sosial antara si miskin yang selalu dicurigai jika datang ke mesjid karena masjid tersebut berkubahkan emas dan berlian, dan si kaya yang selalu disambut dengan hangat dan karpet merah kemuliaan karena sumbangannya yang telah membangun masjid dengan begitu megahnya.
Islam sebagai agama yang mengatur segala hal dalam kehidupan manusia sangatlah melarang adanya kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin, bahkan Al-Quran menjelaskan secara terperinci tentang larangan adanya kesenjangan sosial tersebut dalam QS Al-Ma’un bahwa orang-orang yang tidak mau memberikan bantuan terhadap orang miskin juga dikategorikan sebagai orang-orang yang mendustakan agama, atau dengan bahasa yang lebih jelas: ‘orang-orang yang membiarkan orang miskin kelaparan/ membuat sebuah kesenjangan kelas sosial-ekonomi, juga dihukumi sebagai orang-orang yang mendustakan agama’. Maka pantas bermegah-megahan dalam pembangunan masjid dengan mengenyampingkan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar dikategorikan sebagai salah satu indikator dekatnya masa tersebut denga hari Qiamat, seperti pada hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik semoga Allah meridhai padanya, dia berkata, telah bersabda Rasulullah SAW: “tidak akan terjadi hari Qiamat sampai ummatku bermegah-megahan dalam membangun masjid” (H. R. AN-Nasa’i), karena dengan bermegah-megahan tersebut, akan adanya kelas sosial yang memisahkan antara yang kaya dan miskin, sehingga persatuan ummat Islam akan menjadi susah terwujud karena terbatasi oleh kelas sosial tersebut.
Sehingga yang hendaknya menjadi perhatian kita bukanlah pada letak megah atau tidaknya suatu masjid dengan segala keironisannya, tapi apakah masjid tersebut mempunyai ruh sebagai masjid dengan segala aktivitas positifnya, ataukah hanya bangunan masjid saja yang tidak mempunyai fungsi positif sebagai masjid selayaknya, sehingga masjid tersebut hanya berfungsi sebagai monumen keagamaan saja?!.
Jikalau kita melihat pada fungsi masjid pada zaman Rasulullah, tentulah sangat berbeda jauh dengan kondisi masjid pada zaman sekarang. Dimana pada zaman Nabi, masjid menjadi basis utama kekuatan ummat muslim, meskipun hanya didirikan dari pelepah kurma sekalipun. Masjid menjadi tempat utama pertemuan Nabi dan para sahabatnya, menjadi tempat utama kajian ilmu, menjadi tempat belajar, menjadi tempat latihan militer, bahkan menjadi tempat tawanan perang. Pada masa itu masjid menjadi peran sentral dalam kehidupan di masyarakat muslim, 1 pusat kekuatan ruhani, melalui kagiatan diskusi dan kajian rutin antara Nabi dan para shahabat, 1 pusat kekuatan militer, dimana perumusan strategi perang juga kerap dilakukan di masjid, 1 kekuatan pendidikan, dimana di masjid juga berlangsung majlis ilmu dan pendidikan lainnya, 1 kekuatan ekonomi-sosial, dimana masjid menjadi tempat berkumpulnya Nabi dan para shahabat untuk saling berbagi baik kehidupan sehari-harinya secara sosial ataupun secara ekonomi, dan kesatuan lainnya yang tergabung dalam satu petak tanah bernama masjid. Sehingga pada masa itu masjid menjadi tempat yang sangat sentral bagi basis kekuatan ummat Islam dari berbagai aspek, sehingga wajar jika pada masa kejayaan Islam, masjid menjadi tempat yang sangat diperhitungkan oleh setiap orang, baik muslim ataupun non-Islam, karena fungsi masjid pada waktu itu bukan sekedar monumen keagamaan saja, tapi juga sebagai basis sentral ummat Islam dalam berbagai aspek.
Kemudian jika kita melihat komparasi antara fungsi masjid pada zaman Rasulullah dan zaman sekarang, tentulah kita akan dapat menyimpulkan betapa ironisnya fungsi masjid kita sekarang ini, dimana masjid hanya menjadi seperti kandang singa saja yang telah kehilangan singanya, masjid hanya sebatas monumen keagamaan saja, tanpa ada yang memakmurkan masjid di dalamnya, padahal memakmurkan masjid adalah salah satu indikator keimanan seseorang kepada Allah dan hari akhir, seperti dijelaskan dalam Q.S. At-Taubah: 18 “sesungguhnya yang memakmurkan masjid hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta tetap melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut terhadap apapun kecuali kepada Allah saja. Maka mudah-mudahan mereka termasuk pada orang-orang yang mendapatkan petunjuk”. Memakmurkan masjid pun juga bukanlah hal yang sulit sampai harus mengorbankan harta dan nyawa, dengan ikut menjaga kebersihan masjid, dan menghidupkan masjid dengan shalat berjamaah di masjid dan tilawatil quran di masjid pun, itu sudah termasuk memakmurkan masjid.
Sudahkah kita memakmurkan masjid?
Mau sampai kapankah ironi masjid ini akan kita biarkan berlanjut?

Lulu Fajar Ramadhan
Keputih 1A, 7 Oktober 2011
22.30 WITS

Copyright @ 2013 elfaakir 23. Designed by Templateism | MyBloggerLab

About Metro

Follow us on Facebook