Sebuah Refleksi
Rasanya
tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak mengenal sosok Nabi Muhammad SAW,
sebagai tokoh perubahan modern yang paling sukses sepanjang masa, sehingga
Michael Hart tidak tanggung-tanggung untuk menempatkan Nabi Muhammad SAW pada
urutan yang pertama dalam bukunya yang berjudul “Seratus Tokoh Yang Paling
Berpengaruh Dalam Sejarah”, sebagai apresiasinya terhadap keberhasilan dakwah
Nabi Muhammad yang hanya berlangsung 23 tahun saja, tapi memberikan dampak
selama 1500 tahun kurang.
Nabi
Muhammad bukanlah orang yang abadi dan penuh kesaktian, terbukti dari pernah terlukanya
beliau pada beberapa peperangan, bahkan beliau pun pernah mengalami sakit
semasa hidupnya. Itu menunjukkan bahwa beliau adalah orang biasa, bukan
malaikat. Tapi kunci keberhasilan dakwah beliau bukanlah pada aspek fisiknya,
melainkan melalui proses kaderisasi yang beliau sampaikan kepada para shahabat
yang di kemudian hari diinisiasi oleh para shahabat yang lainnya dalam
menyiarkan Islam sampai sekarang, terlepas dari kebenaran Al-Quran yang memang
sudah pasti benar absolut dan tidak mungkin ada yang dapat menandinginya.
Secara
garis besar, alur dakwah beliau dikemas dalam bentuk uswah, ukhuwwah, dan
tarbiyyah, sehingga dakwah beliau lebih cepat diterima dengan baik oleh kalangan
Arab Quraisy dan menjadikan Nabi sebagai tokoh kharismatik yang diakui oleh
para shahabat sebagai tokoh yang penuh kasih sayang dan lemah lembut, dan
diakui oleh kafir Quraisy sebagai orang yang tegas terhadap orang kafir.
Melalui dakwah tersebutlah beliau menjalankan alur kaderisasi yang sistematis
kepada para shahabatnya yang terjadi turun temurun sebagai sebuah alur dakwah
yang berkesinambungan dan senantiasa siap menghadapi tantangan zaman, sehingga
dakwah Nabi yang kita rasakan saat ini tetap murni dan terjaga seperti Islam
pada masa Nabi dan para salafush shalih, tapi meskipun demikian, dakwah Nabi
dan Islam tetaplah siap dan segar untuk menghadapi tantangan dunia yang jauh
lebih modern dari zaman Nabi sebagai masa permulaan adanya Islam.
Dalam
membina kader-kader Islam yang beliau persiapkan untuk Islam di masa depan,
beliau selalu memberikan uswah yang nyata dalam dakwahnya. Beliau tidak pernah mengatakan
hal yang bersifat kontradikif dengan dirinya, dalam menyampaikan dakwahnya
beliau selalu selaras terhadap apa yang beliau sampaikan dan apa yang beliau
lakukan dalam kehidupan sehari-harinya sebagai contoh nyata yang selalu ada di
tengah-tengah para sahabat, misalnya dalam mewajibkan berlaku adil dan jujur,
beliau selalu mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-harinya untuk berlaku
jujur dan adil sepanjang hidupnya sehingga beliau dijuluki Al-Amin (Yang dapat
dipercaya) disaat semua kaum Quraisy selalu bertindak curang dan bohong, bahkan
dalam berlaku adil pun beliau tidak segan-segan untuk mengatakan: “jika Fatimah
yang mencuri, maka akulah yang akan memotong tangannya”, rupanya hal tersebut
menjadi modal utama keberhasilan dakwah beliau, pun dalam membina kader-kader
Islam menjadi ummat yang terbaik di setiap masa.
Selain
itu, dalam berdakwah juga beliau selalu menjaga ukhuwwah setiap kader dengan
berbagai cara misalnya dengan mempersatukan anshar dan muhajirin, saling
berbagi ketika ada rezeki, terbukti dengan seringnya Nabi menyantap hidangan
dengan para sahabat, atau menjalin silaturahmi dengan sahabat yang lain untuk
lebih mempererat tali persaudaraannya. Penjagaan ukhuwwah ini sangatlah penting
untuk melatih kebersamaan dan kepekaan bersama sesama muslim, bahkan dengan
tegas dalam Q.S. Al-Hujurat:10 disebutkan bahwa “sesungguhnya setiap orang
mu’min itu adalah saudara”. Ketika persaudaraan telah terbentuk, maka akan
terbentuk pula barisan ummat Islam yang kokoh dan rapi seperti bangunan yang
kokoh yang akan memperkuat barisan Islam dalam menghadapi setiap permasalahan,
baik permasalahan fisik ataupun psikis.
Dan
dari sisi tarbiyyah, Nabi selalu mengadakan halaqah rutin dengan para
shahabatnya untuk berdiskusi dan memberikan ilmu baru dalam bentuk pembinaan,
bukan sekedar ta’lim (transfer ilmu) semata. Sehingga peran Nabi bukanlah menjadi seorang
guru yang hanya mentransfer ilmu semata, tapi juga sebagai pembimbing bagi
ummat dalam menghadapi segala problematika kehidupan yang terjadi saat itu.
Dengan tarbiyyah ini pula, Nabi membina para shahabat untuk menjadi khairu
ummah (ummat yang terbaik), sebagai
implementasi nyata Islam dalam keseluruhan aspek kehidupan para shahabat dan
ummat Islam pada umumnya.
Melalui
ketiga aspek tersebut, Nabi mendapatkan prestasi yang sangat luar biasa, yaitu
menjadikan Mekkah-Madinah-Arab dari bangsa paling terbelakang dan paling tidak
bermoral, menjadi sebuah bangsa yang menjunjung tinggi moralitas dan mewujudkan
sebuah kondisi masyarakat madani hanya dalam 23 tahun saja. Bukan hanya itu
pula, generasi ummat Islam setelah Nabi dan para sahabat pun juga mendapatkan
keberhasilan yang gilang-gemilang, seperti penaklukan konstatinopel, futuhatul
buldan (pembukaan negeri-negeri untuk penyebaran Islam), membangun Andalusia
dari negeri yang paling kumuh menjadi negeri percontohan, dan beragam prestasi
lainnya yang telah diukir dengan tinta darah sebagai sejarah sepanjang masa. Itu
semua adalah hasil dari kaderisasi bertingkat dari Nabi kepada para sahabat
selama 23 tahun yang disebarkan kembali oleh para sahabat kepada
generasi-generasi sesudahnya sebagai cara untuk melanjutkan keberlangsungan
dakwah dan Islam, hingga kita tetap dapat merasakan indah dan ni’matnya Islam
di abad ke-15 tahun hijriyyah ini.
Wallahu
A’lam.