23 / 1500

Rabu, 19 Oktober 2011

Sebuah Refleksi
Rasanya tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak mengenal sosok Nabi Muhammad SAW, sebagai tokoh perubahan modern yang paling sukses sepanjang masa, sehingga Michael Hart tidak tanggung-tanggung untuk menempatkan Nabi Muhammad SAW pada urutan yang pertama dalam bukunya yang berjudul “Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah”, sebagai apresiasinya terhadap keberhasilan dakwah Nabi Muhammad yang hanya berlangsung 23 tahun saja, tapi memberikan dampak selama 1500 tahun kurang.
Nabi Muhammad bukanlah orang yang abadi dan penuh kesaktian, terbukti dari pernah terlukanya beliau pada beberapa peperangan, bahkan beliau pun pernah mengalami sakit semasa hidupnya. Itu menunjukkan bahwa beliau adalah orang biasa, bukan malaikat. Tapi kunci keberhasilan dakwah beliau bukanlah pada aspek fisiknya, melainkan melalui proses kaderisasi yang beliau sampaikan kepada para shahabat yang di kemudian hari diinisiasi oleh para shahabat yang lainnya dalam menyiarkan Islam sampai sekarang, terlepas dari kebenaran Al-Quran yang memang sudah pasti benar absolut dan tidak mungkin ada yang dapat menandinginya.

Secara garis besar, alur dakwah beliau dikemas dalam bentuk uswah, ukhuwwah, dan tarbiyyah, sehingga dakwah beliau lebih cepat diterima dengan baik oleh kalangan Arab Quraisy dan menjadikan Nabi sebagai tokoh kharismatik yang diakui oleh para shahabat sebagai tokoh yang penuh kasih sayang dan lemah lembut, dan diakui oleh kafir Quraisy sebagai orang yang tegas terhadap orang kafir. Melalui dakwah tersebutlah beliau menjalankan alur kaderisasi yang sistematis kepada para shahabatnya yang terjadi turun temurun sebagai sebuah alur dakwah yang berkesinambungan dan senantiasa siap menghadapi tantangan zaman, sehingga dakwah Nabi yang kita rasakan saat ini tetap murni dan terjaga seperti Islam pada masa Nabi dan para salafush shalih, tapi meskipun demikian, dakwah Nabi dan Islam tetaplah siap dan segar untuk menghadapi tantangan dunia yang jauh lebih modern dari zaman Nabi sebagai masa permulaan adanya Islam.
Dalam membina kader-kader Islam yang beliau persiapkan untuk Islam di masa depan, beliau selalu memberikan uswah yang nyata dalam dakwahnya. Beliau tidak pernah mengatakan hal yang bersifat kontradikif dengan dirinya, dalam menyampaikan dakwahnya beliau selalu selaras terhadap apa yang beliau sampaikan dan apa yang beliau lakukan dalam kehidupan sehari-harinya sebagai contoh nyata yang selalu ada di tengah-tengah para sahabat, misalnya dalam mewajibkan berlaku adil dan jujur, beliau selalu mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-harinya untuk berlaku jujur dan adil sepanjang hidupnya sehingga beliau dijuluki Al-Amin (Yang dapat dipercaya) disaat semua kaum Quraisy selalu bertindak curang dan bohong, bahkan dalam berlaku adil pun beliau tidak segan-segan untuk mengatakan: “jika Fatimah yang mencuri, maka akulah yang akan memotong tangannya”, rupanya hal tersebut menjadi modal utama keberhasilan dakwah beliau, pun dalam membina kader-kader Islam menjadi ummat yang terbaik di setiap masa.
Selain itu, dalam berdakwah juga beliau selalu menjaga ukhuwwah setiap kader dengan berbagai cara misalnya dengan mempersatukan anshar dan muhajirin, saling berbagi ketika ada rezeki, terbukti dengan seringnya Nabi menyantap hidangan dengan para sahabat, atau menjalin silaturahmi dengan sahabat yang lain untuk lebih mempererat tali persaudaraannya. Penjagaan ukhuwwah ini sangatlah penting untuk melatih kebersamaan dan kepekaan bersama sesama muslim, bahkan dengan tegas dalam Q.S. Al-Hujurat:10 disebutkan bahwa “sesungguhnya setiap orang mu’min itu adalah saudara”. Ketika persaudaraan telah terbentuk, maka akan terbentuk pula barisan ummat Islam yang kokoh dan rapi seperti bangunan yang kokoh yang akan memperkuat barisan Islam dalam menghadapi setiap permasalahan, baik permasalahan fisik ataupun psikis.
Dan dari sisi tarbiyyah, Nabi selalu mengadakan halaqah rutin dengan para shahabatnya untuk berdiskusi dan memberikan ilmu baru dalam bentuk pembinaan, bukan sekedar ta’lim (transfer ilmu) semata.  Sehingga peran Nabi bukanlah menjadi seorang guru yang hanya mentransfer ilmu semata, tapi juga sebagai pembimbing bagi ummat dalam menghadapi segala problematika kehidupan yang terjadi saat itu. Dengan tarbiyyah ini pula, Nabi membina para shahabat untuk menjadi khairu ummah (ummat yang terbaik),  sebagai implementasi nyata Islam dalam keseluruhan aspek kehidupan para shahabat dan ummat Islam pada umumnya.
Melalui ketiga aspek tersebut, Nabi mendapatkan prestasi yang sangat luar biasa, yaitu menjadikan Mekkah-Madinah-Arab dari bangsa paling terbelakang dan paling tidak bermoral, menjadi sebuah bangsa yang menjunjung tinggi moralitas dan mewujudkan sebuah kondisi masyarakat madani hanya dalam 23 tahun saja. Bukan hanya itu pula, generasi ummat Islam setelah Nabi dan para sahabat pun juga mendapatkan keberhasilan yang gilang-gemilang, seperti penaklukan konstatinopel, futuhatul buldan (pembukaan negeri-negeri untuk penyebaran Islam), membangun Andalusia dari negeri yang paling kumuh menjadi negeri percontohan, dan beragam prestasi lainnya yang telah diukir dengan tinta darah sebagai sejarah sepanjang masa. Itu semua adalah hasil dari kaderisasi bertingkat dari Nabi kepada para sahabat selama 23 tahun yang disebarkan kembali oleh para sahabat kepada generasi-generasi sesudahnya sebagai cara untuk melanjutkan keberlangsungan dakwah dan Islam, hingga kita tetap dapat merasakan indah dan ni’matnya Islam di abad ke-15 tahun hijriyyah ini.
Wallahu A’lam.
Copyright @ 2013 elfaakir 23. Designed by Templateism | MyBloggerLab

About Metro

Follow us on Facebook