Kata
peradaban sering kali diidentikkan dengan kata tamaddun dengan merujuk kepada
kondisi Madinah dibawah kepemimpinan
Rasulullah SAW sebagai kondisi negara percontohan bagi seluruh ummat manusia
untuk membangun peradaban manusia yang bermoral dan menjunjung nilai-nilai
luhur agama dan budaya dalam seluruh aspek kehidupannya. Sehingga tidak
mengherankan jika kondisi masyarakat yang beradab atau civil society sering
dikaitkan dengan istilah masyarakat madani.
Membangun
peradaban madani bukanlah sebuah utopia yang tidak dapat terlaksana pada zaman
sekarang dengan tingkat komplekstivitas yang sangat tinggi, karena kita
mempunyai role model yang sangat jelas untuk membangun kondisi masyarakat yang
sangat ideal sebagaimana masyarakat madinah pada zaman Nabi Muhammad SAW.
Sehingga dengan mengikuti sunnah Nabi dalam membangun peradaban madinah dan
menerapkannya serta mentransformasikannya dalam kehidupan di era modern ini
dengan segala tantangan globalnya, maka bukanlah hal yang mustahil peradaban
Indonesia madani bisa terwujud di suatu hari nanti.
Dalam
membangun peradaban madinah, Nabi melakukannya melalui serangkaian proses
tarbiyyah dan dakwah yang dikemas secara rutin baik yang bersifat harian
seperti sehabis shalat, atau mingguan seperti khutbah jum’at, atau tahunan
seperti khutbah haji, atau yang bersifat eventually saja seperti khutbah haji
wada. Tapi rangkaian dakwah dan tarbiyyah Nabi tidak hanya dakwah verbal saja
yang hanya mampu menyentuh sisi kognitif dan afektif nya saja, tapi juga
ditindak lanjuti dengan dakwah bil hal (amaliyyah) sebagai bentuk follow up
dari dakwah verbal Nabi. Sehingga hasil yang dapat dalam proses pembinaan kader
Islam yang mempunyai ketangguhan dalam aspek ruhaniyyah dan duniawiyyah dapat
tercapai secara maksimal dengan rangkaian dakwah dan tarbiyyah Nabi yang lebih
mengedepankan uswah sebagai contoh nyata bagi para shahabat dan ummat Islam
untuk dapat mengamalkan Islam secara kaffah.
Bentuk
pembinaan kader Islam yang dilakukan oleh Nabi diantaranya adalah dengan bentuk
halaqoh yang dilakukan secara rutin setiap hari di antara beberapa waktu
shalat. Pada halaqoh ini dibahas berbagai hal tentang ajaran agama Islam dan
diskusi antara para shahabat dan Nabi sebagai bentuk akselerasi shahabat dalam
membumikan nilai-nilai Islam dalam seluruh aspek kehidupannya. Pembinaan
terstruktur dan terencana yang lebih mengutamakan uswah dari pembina kepada
yang dibina ini kemudian dikenal secara global dengan istilah mentoring.
Mentoring
merupakan salah satu metode pembinaan yang tepat untuk membumikan nilai-nilai
keilmuan untuk dapat diaplikasikan secara oleh maksimal dalam kelompok
mentoring tersebut, karena di dalam mentoring terjadi interaksi interpersonal
antara masing-masing mentee (yang dibina) dengan mentor secara intens dalam
rentang waktu yang panjang. Melalui interaksi interpersonal tersebutlah
transfer keilmuan yang dilakukan dengan proses diskusi dan tanya jawab dapat
mencapai hasil yang maksimal dengan didukung oleh kondisi psikologis mentor dan
mentee, bobot materi yang proporsional, dan juga proses mentoring yang
menyenangkan.
Pada mentoring ini setiap muslim
dibina dan dipersiapkan oleh mentor masing-masing untuk menjadi insan yang
berkarakter Islam untuk kemajuan Islam dan Indonesia di kemudian hari.
Mentoring juga menggunakan aspek tarbiyyah, sehingga yang terjadi pada
mentoring bukanlah sekedar transfer ilmu dari pemateri kepada pendengar seperti
pada seminar ataupun pelatihan lain. Tapi pada mentoring terjadi aspek
pembinaan dan pendampingan sebagai follow up dalam aplikasi ilmu yang telah
sama-sama didapat melalui proses yang ada, saling sharing ilmu, dan hal lain
yang jauh bernilai guna dan bermanfaat untuk menciptakan kader-kader tangguh
yang siap mengemban amanah di masa depan yang jauh lebih berat dari masa
sekarang.
Sehingga peranan mentoring dalam
pembinaan pemuda dan pemudi menjadi sebuah agenda yang sangat vital dan harus
mendapat perhatian lebih baik secara sistem, struktur, materi, cara
penyampaian, dan faktor lainnya agar proses tarbiyyah ini dapat berjalan dengan
fleksibel dan siap menghadapi tantangan zaman, karena berededa zaman, berbeda
pula metode yang tepat yang harus digunakan untuk optimalisasi hasil mentoring
tersebut.
Mentoring juga bukanlah sebuah
metode try and error yang digunakan untuk membentuk karakter pumuda idaman
langit dan bumi, karena mentoring mempunyai sandaran yang jelas dan kuat yang
digunakan dalam keberlangsungannya, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah. Sehingga
dapat dikatakan bahwa mentoring itu adalah proses pembinaan dan pencarian ilmu
yang berorienatasi pada aplikasi secara langsung dengan pembinaan dan
pendampingan secara langsung juga.
Dalam membangun sebuah peradaban,
mentoring pun mempunyai peran yang sangat vital, terlebih lagi fungsi dari
mentoring itu sendiri adalah sebagai metode pembinaan kepada pemuda dan pemudi
untuk mampu mengemban tanggung jawab dalam pencapaian Indonesia madani di masa
depan nanti. Sehingga yang harus dipersiapkan dalam menyongsong mimpi itu
adalah dengan pembinaan dan pengkondisian peran pemuda dan pemudi secara
terstruktur dan terencana yang kuat secara aqidah, ibadah, mu’amalah,
fikriyyah, maaliyyah, jasadiyyah, dan ijtima’iyyah agar tercapai secara
menyeluruh.
Kelompok mentoring hanyalah sebuah
bagian kecil dari proses pencapaian peradaban Indonesia madani tersebut, tapi
jika kelompok kecil disatukan dengan kelompok-kelompok kecil lainyya dalam satu
bingkai ukhuwwah yang sama, maka yang ada adalah sekelompok besar pemuda dan
pemudi yang siap mewujudkan Indonesia madani dengan berbagai gagasan nyata dan
aplikatif sebagai hasil dari proses mentoring yang pernah dijalaninya.
Pencapaian tersebut bukanlah sebuah
teori semata tanpa bukti, karena sejarah mencatat bahwa para shahabat yang
berhasil melakukan futuhaat (ekspansi/ pembukaan wilayah Islam yang baru), juga
pernah mengalami sebuah proses pembelajaran yang sama dengan apa yang kini
disebut dengan istilah mentoring. Pun dengan Soekarno yang juga pernah
melakukan mentoring dengan HOS Cokroaminoto, yang pada akhirnya mampu membawa Indonesia
menuju kemerdekaannya. Bahkan dalam pencapaian cita-cita jauh ke depan melalui
mentoring pun juga dilakukan oleh orang-orang non Muslim, seperti Paul
Wolfowitz (Presiden Bank Dunia) yang dimentori oleh Lewis “ Scooter” Libby
(Staf Deplu AS). Sehingga menjustifikasi
mentoring sebagai sebuah metode pembelajaran yang mengambang tanpa hasil adalah
sebuah kesalahan, karena sejarah dengan sangat jelas mencatat bahwa pencapaian
peradaban suatu bangsa selalu diawali dengan mentoring para kader calon pembawa
perubahan tersebut.
Mentoring
juga tidaklah hanya berlaku dalam lingkup agama Islam saja, karena pada
aplikasinya mentoring juga sangat baik untuk digunakan dalam pendidikan bisnis,
politik, bahkan hanya untuk diskusi ilmiah. mentoring itu sendiri pada dasarnya
adalah bentuk lain dari sistem pendidikan, bahkan output yang dijanjikan
melalui mentoring bisa jauh lebih maksimal daripada hanya sekedar duduk dan
dengar saja melalui proses perkuliahan, seminar, atau workshop sekalipun. Hal
tersebut dikarenakan proses pembelajaran melalui mentoring itu sendiri yang
jauh hanya terdiri dari tiga sampai dengan sepuluh mentee menjadikan
pembalajaran melalui mentoring jauh lebih efektif, selain itu proses
pembelajaran yang berbasis uswah dan ukhuwwah itu sendiri menjadi nilai plus
bagi mentoring sebagai sebuah metode pembelajaran yang sangat sistematis dan
taktis untuk menghasilkan output kader dengan kualitas maksimal.
Pendidikan
merupakan sebuah cara yang tepat untuk membina kader untuk mengemban amanah di
masa depan, tapi output yang dihasilkan melalui mentoring jauh lebih maksimal
dalam membina kader yang tangguh. Karena dalam mentoring yang terjadi bukan
komunikasi satu arah, tapi komunikasi dua arah saling meng-akselerasi
kedewasaan masing-masing antara mentor dan mentee untuk mempersiapkan diri
mengemban misi perubahan di masa depan; bukan hanya sekedar transfer ilmu
semata tanpa ada follow up pelaksanaannya; bukan dinilai secara kuantitaf pada
rapor, tapi yang dibutuhkan dari mentoring adalah sejauh mana kita dapat
mencerahkan orang lain; bukan berlandaskan pada ego meraih penghargaan dari
orang lain, tapi sejauh mana kita dapat berlaku jujur dan ikhlash diatas
nilai-nilai Al-Quran dan As-Sunnah. Sehingga sangat pantas jika dikatakan bahwa
mentoring adalah sebuah metode akselerasi penerapan ilmu dan kedewasaan untuk
bersama mewujudkan peradaban Indonesia madani.