MEMBANGUN PERADABAN MELALUI MENTORING

Sabtu, 31 Maret 2012
Kata peradaban sering kali diidentikkan dengan kata tamaddun dengan merujuk kepada kondisi Madinah  dibawah kepemimpinan Rasulullah SAW sebagai kondisi negara percontohan bagi seluruh ummat manusia untuk membangun peradaban manusia yang bermoral dan menjunjung nilai-nilai luhur agama dan budaya dalam seluruh aspek kehidupannya. Sehingga tidak mengherankan jika kondisi masyarakat yang beradab atau civil society sering dikaitkan dengan istilah masyarakat madani.
Membangun peradaban madani bukanlah sebuah utopia yang tidak dapat terlaksana pada zaman sekarang dengan tingkat komplekstivitas yang sangat tinggi, karena kita mempunyai role model yang sangat jelas untuk membangun kondisi masyarakat yang sangat ideal sebagaimana masyarakat madinah pada zaman Nabi Muhammad SAW. Sehingga dengan mengikuti sunnah Nabi dalam membangun peradaban madinah dan menerapkannya serta mentransformasikannya dalam kehidupan di era modern ini dengan segala tantangan globalnya, maka bukanlah hal yang mustahil peradaban Indonesia madani bisa terwujud di suatu hari nanti.
Dalam membangun peradaban madinah, Nabi melakukannya melalui serangkaian proses tarbiyyah dan dakwah yang dikemas secara rutin baik yang bersifat harian seperti sehabis shalat, atau mingguan seperti khutbah jum’at, atau tahunan seperti khutbah haji, atau yang bersifat eventually saja seperti khutbah haji wada. Tapi rangkaian dakwah dan tarbiyyah Nabi tidak hanya dakwah verbal saja yang hanya mampu menyentuh sisi kognitif dan afektif nya saja, tapi juga ditindak lanjuti dengan dakwah bil hal (amaliyyah) sebagai bentuk follow up dari dakwah verbal Nabi. Sehingga hasil yang dapat dalam proses pembinaan kader Islam yang mempunyai ketangguhan dalam aspek ruhaniyyah dan duniawiyyah dapat tercapai secara maksimal dengan rangkaian dakwah dan tarbiyyah Nabi yang lebih mengedepankan uswah sebagai contoh nyata bagi para shahabat dan ummat Islam untuk dapat mengamalkan Islam secara kaffah.
Bentuk pembinaan kader Islam yang dilakukan oleh Nabi diantaranya adalah dengan bentuk halaqoh yang dilakukan secara rutin setiap hari di antara beberapa waktu shalat. Pada halaqoh ini dibahas berbagai hal tentang ajaran agama Islam dan diskusi antara para shahabat dan Nabi sebagai bentuk akselerasi shahabat dalam membumikan nilai-nilai Islam dalam seluruh aspek kehidupannya. Pembinaan terstruktur dan terencana yang lebih mengutamakan uswah dari pembina kepada yang dibina ini kemudian dikenal secara global dengan istilah mentoring. 
Mentoring merupakan salah satu metode pembinaan yang tepat untuk membumikan nilai-nilai keilmuan untuk dapat diaplikasikan secara oleh maksimal dalam kelompok mentoring tersebut, karena di dalam mentoring terjadi interaksi interpersonal antara masing-masing mentee (yang dibina) dengan mentor secara intens dalam rentang waktu yang panjang. Melalui interaksi interpersonal tersebutlah transfer keilmuan yang dilakukan dengan proses diskusi dan tanya jawab dapat mencapai hasil yang maksimal dengan didukung oleh kondisi psikologis mentor dan mentee, bobot materi yang proporsional, dan juga proses mentoring yang menyenangkan.
Pada mentoring ini setiap muslim dibina dan dipersiapkan oleh mentor masing-masing untuk menjadi insan yang berkarakter Islam untuk kemajuan Islam dan Indonesia di kemudian hari. Mentoring juga menggunakan aspek tarbiyyah, sehingga yang terjadi pada mentoring bukanlah sekedar transfer ilmu dari pemateri kepada pendengar seperti pada seminar ataupun pelatihan lain. Tapi pada mentoring terjadi aspek pembinaan dan pendampingan sebagai follow up dalam aplikasi ilmu yang telah sama-sama didapat melalui proses yang ada, saling sharing ilmu, dan hal lain yang jauh bernilai guna dan bermanfaat untuk menciptakan kader-kader tangguh yang siap mengemban amanah di masa depan yang jauh lebih berat dari masa sekarang.
Sehingga peranan mentoring dalam pembinaan pemuda dan pemudi menjadi sebuah agenda yang sangat vital dan harus mendapat perhatian lebih baik secara sistem, struktur, materi, cara penyampaian, dan faktor lainnya agar proses tarbiyyah ini dapat berjalan dengan fleksibel dan siap menghadapi tantangan zaman, karena berededa zaman, berbeda pula metode yang tepat yang harus digunakan untuk optimalisasi hasil mentoring tersebut.
Mentoring juga bukanlah sebuah metode try and error yang digunakan untuk membentuk karakter pumuda idaman langit dan bumi, karena mentoring mempunyai sandaran yang jelas dan kuat yang digunakan dalam keberlangsungannya, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah. Sehingga dapat dikatakan bahwa mentoring itu adalah proses pembinaan dan pencarian ilmu yang berorienatasi pada aplikasi secara langsung dengan pembinaan dan pendampingan secara langsung juga.
Dalam membangun sebuah peradaban, mentoring pun mempunyai peran yang sangat vital, terlebih lagi fungsi dari mentoring itu sendiri adalah sebagai metode pembinaan kepada pemuda dan pemudi untuk mampu mengemban tanggung jawab dalam pencapaian Indonesia madani di masa depan nanti. Sehingga yang harus dipersiapkan dalam menyongsong mimpi itu adalah dengan pembinaan dan pengkondisian peran pemuda dan pemudi secara terstruktur dan terencana yang kuat secara aqidah, ibadah, mu’amalah, fikriyyah, maaliyyah, jasadiyyah, dan ijtima’iyyah agar tercapai secara menyeluruh.
Kelompok mentoring hanyalah sebuah bagian kecil dari proses pencapaian peradaban Indonesia madani tersebut, tapi jika kelompok kecil disatukan dengan kelompok-kelompok kecil lainyya dalam satu bingkai ukhuwwah yang sama, maka yang ada adalah sekelompok besar pemuda dan pemudi yang siap mewujudkan Indonesia madani dengan berbagai gagasan nyata dan aplikatif sebagai hasil dari proses mentoring yang pernah dijalaninya.
Pencapaian tersebut bukanlah sebuah teori semata tanpa bukti, karena sejarah mencatat bahwa para shahabat yang berhasil melakukan futuhaat (ekspansi/ pembukaan wilayah Islam yang baru), juga pernah mengalami sebuah proses pembelajaran yang sama dengan apa yang kini disebut dengan istilah mentoring. Pun dengan Soekarno yang juga pernah melakukan mentoring dengan HOS Cokroaminoto, yang pada akhirnya mampu membawa Indonesia menuju kemerdekaannya. Bahkan dalam pencapaian cita-cita jauh ke depan melalui mentoring pun juga dilakukan oleh orang-orang non Muslim, seperti Paul Wolfowitz (Presiden Bank Dunia) yang dimentori oleh Lewis “ Scooter” Libby (Staf Deplu AS).  Sehingga menjustifikasi mentoring sebagai sebuah metode pembelajaran yang mengambang tanpa hasil adalah sebuah kesalahan, karena sejarah dengan sangat jelas mencatat bahwa pencapaian peradaban suatu bangsa selalu diawali dengan mentoring para kader calon pembawa perubahan tersebut.
Mentoring juga tidaklah hanya berlaku dalam lingkup agama Islam saja, karena pada aplikasinya mentoring juga sangat baik untuk digunakan dalam pendidikan bisnis, politik, bahkan hanya untuk diskusi ilmiah. mentoring itu sendiri pada dasarnya adalah bentuk lain dari sistem pendidikan, bahkan output yang dijanjikan melalui mentoring bisa jauh lebih maksimal daripada hanya sekedar duduk dan dengar saja melalui proses perkuliahan, seminar, atau workshop sekalipun. Hal tersebut dikarenakan proses pembelajaran melalui mentoring itu sendiri yang jauh hanya terdiri dari tiga sampai dengan sepuluh mentee menjadikan pembalajaran melalui mentoring jauh lebih efektif, selain itu proses pembelajaran yang berbasis uswah dan ukhuwwah itu sendiri menjadi nilai plus bagi mentoring sebagai sebuah metode pembelajaran yang sangat sistematis dan taktis untuk menghasilkan output kader dengan kualitas maksimal.
Pendidikan merupakan sebuah cara yang tepat untuk membina kader untuk mengemban amanah di masa depan, tapi output yang dihasilkan melalui mentoring jauh lebih maksimal dalam membina kader yang tangguh. Karena dalam mentoring yang terjadi bukan komunikasi satu arah, tapi komunikasi dua arah saling meng-akselerasi kedewasaan masing-masing antara mentor dan mentee untuk mempersiapkan diri mengemban misi perubahan di masa depan; bukan hanya sekedar transfer ilmu semata tanpa ada follow up pelaksanaannya; bukan dinilai secara kuantitaf pada rapor, tapi yang dibutuhkan dari mentoring adalah sejauh mana kita dapat mencerahkan orang lain; bukan berlandaskan pada ego meraih penghargaan dari orang lain, tapi sejauh mana kita dapat berlaku jujur dan ikhlash diatas nilai-nilai Al-Quran dan As-Sunnah. Sehingga sangat pantas jika dikatakan bahwa mentoring adalah sebuah metode akselerasi penerapan ilmu dan kedewasaan untuk bersama mewujudkan peradaban Indonesia madani.

Copyright @ 2013 elfaakir 23. Designed by Templateism | MyBloggerLab

About Metro

Follow us on Facebook