WAKTU (part I)

Kamis, 06 Januari 2011

Apa sih waktu itu?
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berlangsung.
Tapi, pada kenyataannya pendefinisian terhadap waktu bergantung pada orang yang menginterpretasinya, misalnya:
Bagi seorang pelajar, waktu adalah ilmu, jika kamu tidak bisa memanfaatkan waktu tersebut, maka kamu akan menjadi pelajar dengan intelegensi pas-pasan
Bagi seorang businessman, waktu adalah uang, jika kamu tidak bisa memanfaatkan waktu tersebut, maka jutaan dollar akan melayang.
Bagi seorang ahli ibadah, waktu adalah ibadah, jika kamu tidak bisa memanfaatkan waktu, maka kamu akan semakin jauh dari-Nya.
Bagi seorang seniman, waktu adalah karya seni, jika kamu tidak bisa memanfaatkan waktu tersebut, maka kamu bukanlah seniman professional.
Bagi seorang penulis artikel, waktu adalah informasi, jika kamu tidak bisa memanfaatkan waktu tersebut, maka tidak ada artikel bagus yang dapat kamu buat
Bagi seorang kuli, waktu adalah upah, jika kamu tidak bisa memanfaatkan waktu, maka kamu tidak akan pernah dapat uang.
Bagi seorang ahli bela diri, waktu adalah pedang, jika kamu tidak bisa memanfaatkan waktu tersebut, maka pedang itu akan menebas lehermu.
Lebih ekstrim lagi bagi operator kendaraan berat, waktu adalah kontainer, jika kita tidak bisa memanfaatkan waktu tersebut, maka kendaraan tersebut beserta kontainernya akan melibasmu.
Beragam interpretasi mengenai waktu tergantung  persepsi orang yang memandangnya, tapi jika kita jeli, maka kita akan menemukan kesamaan diantara beragam interpretasi tersebut. Yaitu: WAKTU ADALAH MODAL. Modal untuk beraktifitas yang pada akhirnya akan membedakan kualitas manusia yang satu dengan manusia yang lainnya.
Thaifur al-Bathami pernah berkomentar mengenai waktu (jangan tanya kitabnya, gan. Ane juga dapet di kalender-kalender, tapi lumayanlah. Bermanfaat, gan. XD): “Sesungguhnya malam dan siang adalah modal  utama bagi seorang mu’min. Keuntungannya adalah syurga, dan kerugiannya adalah neraka”
Waktu pada zaman dahulu kala selalu diidentikkan dengan pergerakan matahari dan benda langit lainnya, karena melalaui benda-benda langit orang-orang zaman dahulu dapat menentukan waktu dengan presisi, misalnya kapan awal bulan, kapan awal yang baik untuk bercocok tanam, kapan pergantian musim,dlsb. Bahkan ummat Islampada zaman Nabi Muhammad sudah dapat menentukan kapan waktu awal sholat, kapan waktu berbuka shaum/puasa, kapan waktu berhajji, dan serangkaian ibadah lainnya yang terkait dengan waktu. Padahal acuan mereka hanyalah berpatokkan pada gerak benda-benda langit saja, tapi perhatian mereka terhadap waktu sangatlah istimewa, sampai-sampai orang zaman dahulu dengan sengaja menciptakan jam matahari dengan tujuan untuk mengetahui waktu secara lebih akurat.
Apalagi zaman sekarang yang sudah modern, kita semua dapat mengetahui waktu dengan sangat tepat melalui berbagai media, misalnya jam tangan, handphone, laptop, jam kota, dlsb. Sehingga rasanya sudah tidak ada alasan lagi bagi kita untuk mensia-siakan waktu. Modal yang dimiliki oleh manusia dengan jumlah yang sama di belahan dunia manapun, 24 jam. Terlepas dari perbandingan perbedaan lama waktu malam dan siang hari.
So what?
Kita sebagai muslim, harusnya lebih memperhatikan etika terhadap waktu ini, karena begitu banyak perhatian Islam terhadap waktu, bahkan Allah pun sampai bersumpah atas nama waktu pada Q.S Al-Ashr.
1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati dalam kebenaran dan saing menasehati dalam kesabaran” (Q.S Al-‘Ashr: 1-3)
Pun dengan dalil-dalil yang lainnya, seperti apa yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: “telah bersabda Rasulullah SAW: “tanda dari kebaikan seorang muslim adalah dia yang meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat baginya” (H.R. At-Tirmidzi)
Maka, sungguh ironi jika kita mengahambur-hamburkan waktu tanpa sesuatu yang bermanfaat padahal sedari kecil kita sudah hapal surat Al-‘Ashr tersebut. Sebagai seorang muslim hendaknya kita gunakan waktu seefisien mungkin dan semaksimal mungkin untuk hal-hal yang mempunyai manfaat di dunia dan akhirat.
Urgensi waktu
Sebagaimana yang telah ana tulis diatas, bahwa waktu adalah modal utama  yang dimiliki manusia seluruh dunia dengan jumlah yang sama, 24 jam.
Waktu tidak dapat kembali walaupun 1 nanosecond, dan tidak akan mampu dipercepat walaupun 1 nanosecond juga.
Kita hidup di masa sekarang, bukan masa lalu ataupun masa yang akan datang. Sehingga modal 24 jam itulah modal utama yang kita miliki untuk menjadi manusia yang mempunyai nilai lebih dibanding manusia yang lain.
24 jam itu selalu bergerak konstan, tidak bisa dipercepat ataupun diperlambat (*emangnya nonton film, bisa di fast forward atau di-back forward).
Kita selalu ada beriringan dengan waktu lewati hari demi hari baik yang telah menjadi memori ataupun yang masih menjadi misteri.
Waktu adalah essensi hidup kita dan umur yang akan dipertanggung jawabkan kelak.
Kemarin, Sekarang, dan Esok Hari
Kemarin adalah memori. Memori yang takkan pernah bisa kembali. Tapi terkadang kita harus menengok masa lalu untuk merumskan langkah kita ke depan, walaupun jangan selalu melihat kebelakang, karena bisa jadi anda akan menjadi manusia yang terbelakang jika selalu berpedoman ke masa lalu. Cukuplah jadikan masa lalu sebagai bahan renungan dan spionase kehidupan kita. Karena kita hidup bukan di masa lalu.
Esok hari adalah misteri. Misteri yang kita takkan pernah tahu di masa sekarang ini. Tapi terkadang kita harus bermimpi meniti masa depan, merencanakan keberhasilan-keberhasilan dalam pencapaian mimpi di hari ini secara inovatif. Walaupun kita tidak dapat mempercepat waktu, cukuplah jadikan masa depan sebagai acuan kita untuk menjadi manusia yang punya nilai lebih kelak.
Hari ini. Ya inilah kehidupan kita. Hari yang sedang kita jalani untuk wujudkan mimpi-mimpi di masa lalu dan meniti mimpi untuk masa depan. Kita tidak akan pernah bisa kembali ke masa lalu dan masa depan pun masih menjadi misteri, apakah kita akan menjalaninya ataukah tidak. Oleh karena itu kita harus menganggap hari ini adalah hari terakhir yang sedang kita jalani, sehingga kita harus bisa memaksimalkan hari ini dengan kegiatan yang bermanfaat untuk menjadi sebuah kenangan manis di masa depan. Di sisi lain, hari ini juga berfungsi sebagai indikator bagi seseorang untuk menilai kesuksesannya. Jika hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka orang tersebut  adalah celaka, jika hari ini adalah sama dengan hari kemarin, maka orang tersebut adalah rugi, dan jika hari ini adalah lebih baik daripada hari kemarin, maka orang tersebut adalah untung. Tinggal memilih saja mana yang menjadi pilihan kita. Apakah menjadi orang yang terbelakang dengan kecelakaannya, ataukah mau menjadi orang stagnan dengan kerugiannya, ataukah menjadi orang yang inovatif revolusioner dengan segala keuntungannya. 

to be continue...
Originally created by: Lulu Fajar Ramadhan

Copyright @ 2013 elfaakir 23. Designed by Templateism | MyBloggerLab

About Metro

Follow us on Facebook