Intisari Pelatihan Pengembangan Diri

Sabtu, 25 Desember 2010
Pelatihan pengembangan diri adalah sebuah pelatihan yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa dalam rangka meningkatkan kualitas kepribadiannya, terlebih lagi bagi mahasiswa zaman sekarang yang notabene hidup di zaman modern.
Berikut adalah ringkasan dan aplikasi dari hasil pelatihan tingkat pra dasar yang telah saya ikuti:



I. PERSEPSI
Persepsi adalah cara pandang seseorang dalam menginterpretasi sesuatu hal yang belum tentu bersifat objektif. Persepsi selalu dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya adalah: tingkat pengetahuan, tingkat pengalaman, penampilan, perasaan, lingkungan, dan sudut pandang.
Aplikasi persepsi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah banyak, karena setiap orang tidak akan pernah terlepas dalam tuntutan menginterpretasi suatu hal. Misalnya, ketika kita bernegosiasi.
Pada kegiatan negosiasi, terjadi perbedaan persepsi yang berbeda antara pihak satu dan pihak yang lainnya dikarenakan perbedaan sudut pandang dalam menilai sesuatu, perbedaan data dan informasi yang dimiliki, penilaian terhadap fakta dan realita yang berbeda, dan berbagai faktor lain yang menyebabkan perbedaan persepsi.
Pada dasarnya persepsi setiap orang pastilah berbeda dan sulit untuk disamakan dalam sebuah persepsi yang disepakati bersama. Tapi bukanlah suatu hal yang mustahil untuk dapat menyamakan persepsi, misalnya persepsi semua orang terhadap rasa gula adalah sama, yaitu manis. Hal itu dapat terjadi karena adanya kesamaan pemahaman terhadap rasa gula yang ditunjang dengan fakta dan realita yang ada. Bagitupun dalam proses negosiasi, persamaan persepsi adalah hal yang mungkin, karena tujuan negosiasi  adalah untuk mendapatkan kesepakatan bersama atau kesamaan persepsi dalam menilai suatu hal untuk dapat terwujudnya kemashlahatan bersama.
Proses penyamaan persepsi dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya dengan cara:
Analisa masalah secara objektif yang berdasarkan pada data dan informasi yang telah dimiliki oleh masing-masing pihak yang ditunjang dengan fakta dan realita yang terjadi dalam kehidupan nyata.
1.      Menghindari penggunaan subjektivitas berlebih dalam menilai suatu hal
2.      Berfikir logis dan kritis secara bersama dalam menilai suatu masalah
3.      Menghindari peran emosi dan egoisme dalam menilai suatu masalah
4.      Menemukan benang merah terhadap interpretasi suatu hal oleh beberapa pihak
Jadi, aplikasi dari materi persepsi dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk saling memahami antara pihak satu dengan pihak yang lainnya dalam menginterpretasi suatu permasalahan. Dan juga aplikasi materi persepsi adalah sebagai sarana untuk saling memahami perbedaan persepsi dan juga sebagai sarana untuk membangun sebuah kesamaan persepsi untuk mewujudkan kesamaan persepsi untuk kemaslahatan bersama. Misalnya, dengan negosiasi untuk mencapai kesepakatan bersama dan kemaslahatan bersama antar pihak.
II. KESALAHAN BERFIKIR
Berfikir adalah sebuah proses pendayagunaan kemampuan otak dalam menganalisa suatu hal yang berlandaskan pada informasi yang telah dimiliki untuk mendapatkan sebuah kesimpulan ataupun tindakkan terhadap objek tertentu.
Berfikir logis adalah sebuah cara berfikir yang selalu berlandaskan logika, nalar pikir, dan juga berlandaskan dalil-dalil ilmiah, sehingga output dari berfikir logis adalah sebuah pemikiran yang logis yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Sedangkan berfikir kritis adalah sebuah cara berfikir yang mendalam dan cepat tanggap terhadap suatu permasalahan yang dihadapi untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat dalam selang waktu yang singkat. Cara berfikir logis dan kritis dapat terbentuk, jika kita senantiasa menggunakannya dalam memecahkan masalah yang ada di sekitar kita.
Aplikasi berfikir logis dan kritis dalam kehidupan sehari-hari sangatlah banyak, misalnya dalam sebuah forum musyawarah pengentasan kemiskinan, kita dituntut untuk dapat memberikan solusi yang cepat, tepat, dan akurat dalam waktu yang singkat, maka untuk dapat memberikan solusi tersebut, kita harus bisa berfikir logis dan kritis, sehingga solusi yang kita berikan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan objektif.
Berfikir kritis dan logis juga dibutuhkan dalam menghadapi arus globalisasi yang mengakibatkan perkembangan dan pergerakan alur informasi yang sangat cepat sehingga berdampak nyata dalam kehidupan sehari-hari baik informasi yang benar maupun informasi yang salah, sehingga dibutuhkan cara berfikir kritis dan logis untuk dapat menyeleksi setiap informasi yang kita terima untuk dapat menentukan sikap kita terhadap informasi yang telah kita dapat. Selain itu berfikir kritis juga dibutuhkan oleh setiap lapisan masyarakat untuk dapat menilai dan mengkritik suatu kebijakan pemerintah, sehingga roda pemerintahan dapat berjalan menuju arah yang lebih baik. Berfikir kritis dan logis juga dibutuhkan untuk menghadapi suatu rumor yang beredar dan bersifat provokatif, sehingga kita tidak akan mudah terpengaruh oleh golongan-golongan tertentu yang mempunyai kepentingan sendiri.
Selain berfikir kritis dan logis ada juga cara berfikir yang gegabah. Cara berfikir gegabah ini dapat menimbulkan kesalahan cara berfikir dan kesalahan penarikan kesimpulan terhadap suatu permasalahan.
Kesalahan berfikir dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya:
·                  Gagal melihat adanya kemungkinan penafsiran lain
·                  Generalisasi yang berlebihan
·                  Faktor emosi dan egoisme yang tinggi
·                  Kesalahan dalam mengenali kenyataan
·                  Kesalahan dalam penalaran
Contoh dari kesalahan berfikir misalnya adalah, ketika ada seorang pejabat yang tertuduh korupsi, kita langsung mengambil kesimpulan bahwa semua pejabat adalah koruptor.
Secara umum, manfaat dari materi berfikir kritis dan logis serta kesalahan berfikir dalam kehidupan sehari-hari adalah melatih setiap orang untuk mampu berfikir kritis dan logis dalam menilai sesuatu secara objektif dan juga untuk meminimalisir kesalahan berfikir yang dapat menimbulkan prasangka negatif, kesalah fahaman, ataupun perselisihan.
III. MENDENGAR AKTIF
Mendengar aktif adalah sebuah respon secara fisiologis dan psikologis atas informasi yang diberikan dengan intensitas, empati, peneriamaan dan kesediaan bertanggung jawab, sehingga terjadi interpretasi dan pemahaman atas informasi yang telah disampaikan dan terjadinya timbal balik sebagai respon aktif terhadap informasi yang telah diterima. Mendengar aktif pada dasarnya melibatkan seluruh pikiran, jiwa dan raga kita pada saat proses mendengarkan. Mendengar aktif juga melibatkan dan memperhatikan bahasa verbal dan bahasa tubuh lawan bicara maupun kita sendiri, dan berhati-hati dengan kesan yang ditimbulkannya. Seperti misalnya tidak celingak-celinguk saat mendengarkan, atau tidak memandang ke arah lain saat lawan bicara sedang berbicara. Selain itu mendengar aktif juga tidak menghakimi apa yang dikatakan lawan bicara, meskipun mungkin bertentangan dengan nilai-nilai yang kita anut.
Mendengar aktif erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga aplikasi dari mendengar aktif sangatlah banyak, misalnya ketika kita berada dalam sebuah forum diskusi, hendaknya kita mendengarkan diskusi tersebut secara aktif, dalam artian kita memperhatikan informasi yang disampaikan dalam diskusi tersebut untuk mendapatkan pemahaman terhadap informasi secara komprehensif, dan juga memberikan feedback kepada pemateri sebagai bentuk respon kita terhadap informasi yang diberikan. Adapun respon yang kita berikan dapat berupa sanggahan, perserujuan, pertanyaan, ataupun dalam bentuk sikap.
Mendengar aktif bukanlah dengan selalu menyela pembicaraan orang lain, bukan pula dengan hanya mendengarkan saja tanpa ada respon, tapi mendengar aktif haruslah selalu didasari dengan proses menghargai pembicara dengan informasinya, dan memberikan feedback berupa tanggapan, pertanyaan, ataupun respon aktif lainnya.
IV. BERBICARA EEKTIF
Berbicara efektif adalah kemampuan menyampaikan maksud dan tujuan dengan sistematis, jelas, padat, lugas, dan mudah untuk difahami oleh pendengar dengan sempurna.
Aplikasi berbicara efektif misalnya adalah ketika berpidato. Dalam pidato, kita dituntut untuk mampu menyampaikan meksud dan tujuan tertentu kepada audiences dengan sistematis, lugas, dan dapat difahami oleh semua audiences. Sehingga efektifitas pembicaraan dan waktu menjadi kunci keberhasilan penyampaian informasi tersebut.
Untuk tersampaikannya informasi secara maksimal, maka pidato tersebut haruslah:
1.            Mudah difahami oleh semua audiences dengan latar belakang yang berbeda,
2.            Adanya kepercayaan dari audience terhadap informasi yang disampaikan,
3.            Adanya saling percaya antara audiences dengan pembicara,
4.            Adanya kesesuaian antara pesan verbal dan dengan pesan non-verbal yang     disampaikan,
5.            Melakukan penegasan berupa pengulangan informasi, dan
6.            Berusaha mendapatkan feedback dari audiences sebagai indikator keberhasilan efektifitas pembicaraan
Maka untuk dapat melakukan pidato secara efektif, hendaknya pembicara melakukan persiapan untuk dapat berbicara secara efektif di depan umum, misalnya dengan:
·                  Menyusun poin-poin yang akan disampaikan
·                  Melakukan persiapan yang matang
·                  Merumuskan pernyataan
·                  Menyusun gagasan dalam dalam bahasa yang mudah difahami, tapi lugas dan tidak bermakna ganda
·                  Menguasai informasi yang akan disampaikan
·                  Mampu berfikir kritis
·                  Menyusun startegi berbicara efektif di depan umum sesuai dengan kondisi audiences, situasi, dan kondisinya.
Pada tataran praktisnya, berbicara efektif sangat erat kaitannya dengan mendengar aktif, karena dengan berbicara efektif, audience dapat memahami informasi secara komprehensif dan mampu memberikan feedback sesuai dengan informasi yang disampaikan pembicara.
V. AKU (Ambisi, Kenyataan, Usaha)
Ambisi adalah sebuah hasrat/ keinginan untuk mencapai suatu target (cita-cita).
Kenyataan adalah kondisi real yang berdampak pada pencapaian ambisi.
Usaha adalah tindakkan yang dilakukan yang mengacu pada pencapaian ambisi.
Setiap orang yang hidup pasti mempunyai ambisi dalam hidupnya, karena hal itu sudah menjadi fitrah bagi manusia yang mempunyai ambisi untuk mewujudkan cita-citanya. Ambisi selalu berorientasi pada kenikmatan personal, ketentraman, kehangatan, kenyamanan, kekuasaan, dan citra personal. Jika ambisi sesoerang tercapai, maka akan terbentuk perasaan positif dalam hatinya, sedangkan jika tidak tercapai, maka akan terbentuk perasaan negatif di hatinya.
Apikasi AKU dalam kehidupan sehari-hari adalah supaya kita lebih merumuskan strategi kita untuk mencapai semua ambisi kita melalui cara yang halal. Misalnya, ketika kita berambisi untuk menjadi juara International Mathematics Competition, kita harus menyusun strategi untuk mencapai ambisi tersebut dengan memperhatikan berbagai faktor yang ada, baik faktor eksternal ataupun internal, sehingga kita mempunyai usaha yang jelas dan terarah dalam pencapaian ambisi kita. Adapun penyusunan ambisi, kenyataan, dan usaha tersebut dapat kita lakukan dengan menuliskannya secara pointer ataupun dalam bentuk yang lainnya, misalnya:
Ambisi:
“Menjadi Juara 1 International Mathematics Competition”
Kenyataan:
·                  Dasar kalkulus masih lemah
·                  Mata kuliah banyak yang ketinggalan
Usaha:
·                  Lebih giat belajar dan mengurangi waktu bermain
·                  Berlatih dan masuk klub anak-anak olimpiade
Dalam proses pencapaian ambisi pun, hendaknya kita memperhatikan metode pendukung untuk menyusun strategi secara efisien. Adapun metode dalam proses penyusunan strategi ini misalnya dengan:
1.      Analisa
Dalam menyusun sebuah strategi untuk pencapaian sebuah ambi hendaknya kita menganalisa berbagai faktor yang akan mempengaruhi usaha kita, misalnya faktor internal yang berkaitan dengan kemampuan diri pada saat ini dan kesiapan diri ataupun faktor eksternal yang berkaitan dengan lingkungan, kondisi keuangan, dan lain sebagainya.
2.      SWOT
Pada metode ini kita dituntut untuk dapat mengukur kemampuan diri kita dengan memperhatikan variabel bebas berupa kemampuan kita, kelemahan kita, kesempatan yang kita punya dan ancaman yang ada. Metode ini bertujuan untuk membentuk citra diri dan keyakinan personal sebelum kita melangkah, sehingga usaha kita dapat termaksimalkan dengan waktu yang tersedia.
Rintangan adalah suatu hal yang biasa dalam proses mewujudkan impian. Tapi kadang-kadang dengan rintangan seseorang akan menjadi putus asa untuk meraih mimpinya. Rintangan bukanlah untuk dihindari ataupun untuk dijauhi, tapi rintangan adalah sebuah proses menuju kematangan diri dalam pencapaian mimpi. Yakinkan hati, fokuskan fikiran, untuk mendapatkan solusi dalam menghadapi rintangan tersebut. Jika seandainya kita gagal mewujudkan mimpi kita, maka kita harus bisa menerimanya dengan ikhlas sebagai satu bagian dari proses pencapaian mimpi, dan jangan pernah untuk kehilangan motivasi untuk terus berjuang, karena kegagalan bukan berarti kita telah melakukan hal yang sia-sia, melainkan kita telah melakukan suatu hal baru yang menambah pengalaman kita.
VI. SRK (Sasaran, Resiko, Konsekuensi)
Sasaran adalah cita-cita yang bersifat umum dan senatiasa selalu diupayakan untuk dapat terwujud. Sedangkan resiko adalah kemungkian terburuk yang bisa menimpa kita dan tidak kita inginkan dalam pencapaian sebuah sasaran. Sedangakan konsekuensi adalah dampak yang akan kita terima dari sebuah usaha yang telah kita lakukan.
Materi SRK ini mempunyai aplikasi yang sangat penting dalam proses pencapaian cita-cita setiap individu, karena dalam materi ini kita diajarkan untuk dapat menganalisa sasaran kita yang berupa cita-cita, resiko yang kemungkinan besar akan kita dapat, dan juga konsekuensi yang akan kita terima dari pencapaian cita-cita tersebut.  Dalam bentuk pointer, materi SRK ini dapat dituliskan misalnya:
Sasaran:
“Menjadi Mawapres Nasional”
Resiko:
·          Waktu kumpul bareng teman berkurang
·          Kurang tidur
Konsekuensi:
·          Bahagia jika berhasil menjadi mawapres nasional
·          Kembali berusaha, jika gagal menjadi mawapres nasional.
Resiko adalah satu hal yang menjadi taruhan dalam pencapaian mimpi, tanpa resiko, pencapaian mimpi kita akan menjadi tidak berarti. Dalam menyikapi resiko, hendaknya kita mempunyai sebuah manajemen resiko yang mampu mengatur sedemikian rupa sehingga resiko yang ditimbulkan tidak terlalu berpengaruh dalam pencapaian mimpi kita. Adapun manajemen resiko tersebut dapat berupa identifikasi resiko, analisis resiko, evaluasi resiko, dan cara penghindaran resiko tersebut
VII. Pengenalan diri
Pengenalan diri adalah proses identifikasi terhadap kepribadian untuk dapat memaksimalkan potensi diri.
Secara garis besar, kepribadian terbagi menjadi 4 jenis, yaitu:
1.   Sanguinis
Pribadi sanguinis lebih menekankan pada daya tarik personal.
2.   Koleris
      Pribadi koleris lebih menekankan pada kekuatan dan pendominasian atas yang lainnya.
3.   Melankolis
      Pribadi melankolis lebih menekankan pada kesempurnaan, kecerdasan, kedisiplinan, dan       keanggunan
4.   Phlegmatis
      Pribadi phlegmatis lebih menekankan pada kedamaian, kerendahan hati, dan penerimaan   terhadap suatu kondisi.
Mengenali diri sendiri adalah awal penting untuk maju dan berprestasi. Berbagai alasan dikemukakan untuk mencari kambing hitam atas kegagalan seseorang, padahal keadaan dirinya sendirilah yang gagal memahami dirinya sendiri. Makna perjuangan besar melawan diri sendiri diartikan sebagai bukan saja menaklukkan hawa nafsu, melainkan bagaimana memahami diri sendiri.  Ini penting.  Dengan memahami diri sendiri maka seseorang akan tahu dimana kelebihan dan kekurangannya sehingga mampu menata diri dengan sebaik-baiknya untuk sebuah kesuksesan.
Mengenali kepribadian dan jati diri juga sangat berguna untuk menentukan kelebihan dan kelemahan kita, sehingga kita dapat memposisikan diri kita pada posisi yang sesuai dengebuan kepribadian kita dan dapat lebih berkembang pada posisi tersebut karena ditunjang dengan kepribadian yang sesuai. Misalnya:
Seorang sanguinis sebaiknya ditempatkan pada posisi yang berhubungan dengan masyarakat ataupun orang lainnya, karena pribadi sanguinis mampu bergaul dengan orang lain dengan mudah dan mampu menarik simpati orang lain.
Seorang koleris sebaiknya ditempatkan pada posisi top leader karena pribadi koleris mampu memimpin suatu komunitas untuk melakukan suatu kegiatan tertentu, mempu mengambil suatu keputusan dalam kondisi darurat, dinamis, dan aktif.
Seorang melankolis sebaiknya ditempatkan pada posisi yang membutuhkan ketelitian dan analisa yang mendalam, karena pribadi koleris adalah pribadi yang cerdas, teliti, dan teratur.
Seorang phlegmatis sebaiknya ditempatkan pada posisi sebagai penengah pada perselisihan, pemersatu, ataupun penghibur pada suatu kejenuhan, karena pribadi phlegmatis adalah pribadi yang suka kedamaian, riang, sabar, tenang, menyenangkan, dan suka bergaul.
VIII. Pengembangan diri
Pengembangan diri adalah sebuah proses eksplorasi kepribadian untuk membentuk pribadi yang berdaya guna maksimal dan bermanfaat bagi yang lainnya.
Pengembangan diri berkaitan erat dengan penggunaan waktu secara efisien sehingga penggunaan waktu pun dapat digunakan secara maksimal tanpa ada yang terbuang sia-sia.
Aplikasi dari pengembangan diri lebih ditekankan pada efisiensi waktu secara maksimal, sehingga yang menjadi dasar dari pengembangan diri adalah efisiensi waktu semaksimal mungkin.
Untuk dapat mengefisienkan waktu semaksimal mungkin, kita harus bisa memilah antara jenis pekerjaan yang benar-benar bermanfaat dan mana yang kurang bermanfaat, sehingga ada prioritas tersendiri bagi masing-masing kegiatan. Secara umum, proses efisiensi waktu dapat dilakukan dengan membuat kuadran waktu ataupun jadwal kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat terpantau hasilnya dan juga tidak banyak waktu yang terbuang sia-sia.
Kuadran waktu dibagi berdasarkan tingkat kepentingannya dan tingkat kemendesakkannya. Sedangkan jadwal harian disusun berdasarkan lama penggunaan waktu untuk suatu kegiatan. Meskipun demikian, kedua aplikasi tersebut sama bermanfaatnya untuk mengefisienkan fungsi waktu secara maksimal.
Aplikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari setelah mengatur jadwal dan jenis-jenis kegiatan adalah pengaturan waktu yang lebih terarah, sehingga tidak ada waktu yang terbuang sia-sia.
Manfaat dari efisiensi waktu diantaranya adalah:
·          Pelaksanaan suatu kegiatan menjadi lebih terarah dan hasilnya maksimal
·          Dapat melakukan aktifitas sesuai dengan waktunya
·          Dapat mengembangakan diri pada waktu luang
·          Menjadi lebih disiplin dan lebih mampu meraih prestasi
IX. Pribadi dan Organisasi
Organisasi adalah sebuah wadah yang menghimpun sekelompok orang yang mempunyai tujuan bersama dan mempunyai komponen berupa sistem organisasi, struktur, dan anggaran dasar dan aturan rumah tangga organisasi tersebut.
Hubungan antara pribadi and organisasi adalah pada setiap orang dalam suatu organisasi berperan sebagai penggerak bagi organisasi tersebut, sedangkan organisasi berperan sebagai wadah yang menyatukan setiap individu dalam mencapai tujuan bersama. Selain itu, setiap individu juga berperan untuk menunjang sinergisitas dalam organisasi tersebut.
Organisasi juga memiliki beberapa komponen, yaitu:
·          Organisasi mempunyai tujuan, visi, dan misi yang jelas dan disepakati oleh semua individu dalam organisasi tersebut, serta sejalan dengan landasan organisasi tersebut
·          Organisasi mempunyai leader dan follower sebagai penggerak organisasi tersebut.
·          Organisasi mempunyai struktur dan job desk yang jelas bagi setiap individu yang menjadi leader atau follower
·          Organisasi mempunyai pedoman, metode dan regulasi yang jelas sebagai landasan bagi kegiatan organisasi tersebut.
Selain sebagai media untuk mencapai tujuan bersama, organisasi juga berfungsi sebagai wadah untuk melatih rasa tanggung jawab, melatih sense of belonging, melatih kedewasaan, melatih kematangan berfikir, melatih kerjasama dalam tim, mengukuhkan tali silaturrahim antar individu, dan juga berfungsi sebagai wadah untuk mengembangkan softskills. Maka tidak heran jika banyak orang yang mengikuti organisasi dengan landasan organisasi yang beragam.
Pun dengan kita selaku makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupan kita juga membutuhkan organisasi. Misalnya dengan mengikuti organisasi di tingkat himpunan, fakultas, institut, nasional, bahkan internasional. Kita selalu punya alasan untuk memilih organisasi yang akan kita ikuti sesuai dengan persepsi yang kita punya dan daya kritis-logis kita dalam menilai kelayakkan untuk mengikuti organisasi tertentu.
Jika sudah menjadi anggota pun, hendaknya kita tidak hanya menjadi benalu organisasi, tapi hendaknya kita memberikan peran aktif kita dan kontribusi positif kita bagi keberlangsungan oganisasi tersebut dan pencapaian visi dan misi yang menjadi tujuan organisasi tersebut.

 originally typed by: Lulu Fajar Ramadhan

Copyright @ 2013 elfaakir 23. Designed by Templateism | MyBloggerLab

About Metro

Follow us on Facebook